Buddhist Indonesia

Saya selalu berpikir bahwa orang tua juga harus sama seperti kita, bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di dunia; teknologi baru, informasi baru, system pengelolaan keuangan baru. Sampai pada beberapa tahun terakhir ini saya baru menyadari bahwa mereka berusaha mengejarnya dengan susah payah. Kebanyakan system remote-control yang rumit, istilah-istilah teknis yang tidak dimengerti, sampai pada pengelolaan keuangan yang masih asing bagi mereka. Akhir-akhir ini saya baru menyadari bahwa tidak jarang orang tua saya menahan untuk tidak membicarakan apa yang mereka ingin tanyakan, atau apa yang ingin mereka lakukan, hanya karena takut mengganggu kami. Tulisan ini sungguh merupakan artikel yang bagus.

Jika bukan karena perjalanan jauh kali ini, saya yang bodoh ini pasti tidak akan mengetahuinya. Papa mama yang sudah merawat kami tanpa pamrih selama ini, terutama Papa yang sudah pensiun belasan tahun yang lalu, tanpa terasa menua begitu cepat. Kami lima bersaudara, tetapi hanya tiga yang bisa berkumpul, memutuskan untuk menemani Papa Mama pergi jalan-jalan ke Singapore. Dalam perjalanan di atas pesawat, selama 4 jam Papa tidak pergi ke toilet. Meskipun kami sudah berusaha membujuknya, tetapi ia tetap tidak bergeming. Setiap kami sampai ke suatu tempat wisata, ia pun hanya masuk toilet kalau sudah terpaksa sekali. Suatu kali, Papa masuk ke toilet lama sekali. Setelah keluar dan tidak melihat kami, ia melihat kesana kemari. Sampai pada tahap ini saja, Papa juga tidak membuka mulutnya untuk berteriak sehingga membuat kami anak-anaknya kehilangan muka. Papa hanya berdiri kebingungan di tengah kerumunan orang-orang asing, tetapi tetap tenang dan sabar menunggu kemunculan anak-anaknya. Akhirnya saya mengerti mengapa Papa tidak mau ke toilet saat jalan- jalan.

Dulu, masih kecil dan belum mengerti. Sering menertawakan Nenek yang sudah berumur 80 tahun lebih, mengancingkan baju sendiri saja tidak bisa. Lamban dan bodoh sekali! Pekerjaan yang begitu sederhana, mengapa orang tua tidak bisa mengerjakannya dengan baik? Kita belum mengalaminya tentu sulit untuk memahaminya. Usia makin lanjut, terkadang kaki dan tangan ini tidak dapat diajak kompromi, tidak menuruti kemauan kita. Saya masih berpikir bahwa antara Papa dengan Nenek ada perbedaan waktu yang cukup lama, siapa tahu kalau tanpa terasa Papa sudah sampai di tahap ini juga. Setelah itu, saya tidak berani bermain-main lagi, setiap saya melihat ada perubahan pada raut muka Papa, pasti akan berkeras untuk mengantarkannya ke toilet, dan saya sendiri akan berdiri menunggu di depan pintu. Awalnya Papa merasa agak kurang nyaman, tetapi pelan-pelan akhirnya terbiasa. Saat saya menemani Papa untuk pergi ke toilet dalam perjalanan pulang di atas pesawat, tiba-tiba ia berbisik mengatakan, ”Sebenarnya saya tidak bisa mengunci pintu WC dalam pesawat.” Saya menepuk-nepuk bahunya dan berkata, “Tidak apa-apa.” Hati terasa pilu, dan ingin sekali memberitahukan adik-adik saya yang ikut agar dalam perjalanan berikutnya juga membawa suami masing-masing, supaya bisa lebih memperhatikan orang tua. Dan juga ingin mengatakan kepada kakak yang tidak ikut dalam perjalanan ini bahwa uang masih bisa dicari kembali, tetapi rejeki yang paling besar adalah orang tua yang masih sehat dan masih bisa diajak untuk perjalanan jauh. Setelah masalah mengenai toilet ini sudah terselesaikan, kelak kita bisa melakukan perjalanan ke tempat yang lebih jauh lagi.

Satu perjalanan ini banyak memberikan hikmah bagi saya, sehingga saat sudah diatas kereta api, tanpa terasa saya meneteskan air mata… mungkin karena perasaan yang terlalu sensitive, atau juga karena mengkhawatirkan keadaan Papa Mama. Karena tadinya kurang memperhatikan, menjadi kaget melihat Papa Mama yang sudah menjadi tua dan lemah; tidak mempunyai ‘bahu yang tegap dan kuat’ untuk ‘tempat perlindungan yang hangat’ seperti dulu lagi. Ternyata manusia super yang selalu membantu saya untuk mengangkat langit diatas kepala, juga bisa menjadi tua.

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita
merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan
kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam
keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetap makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.
Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita
lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita
berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?


Daniel termasuk orang yang menarik menurutku. Dia adalah orang yang mudah bergaul, dan memiliki banyak sahabat dalam hidupnya. Dia tergolong orang yang terbuka terhadap sahabatnya, dan dia sering merefleksikan perasaan yang dirasakan di dalam hatinya dalam kata katanya.

Dia pernah berkata kepadaku bahwa persahabatan yang pernah ia jalin dengan siapapun mereka, baginya sangat berharga, dan aku merasa bahagia sewaktu dia berkata bahwa aku sangat berharga di matanya dan tidak ada orang lain yang dapat menggantikan posisiku di dalam hatinya. Aku sering merasakan perhatiannya dan kasih sayangnya kepadaku justru di waktu aku benar-benar membutuhkan orang untuk kuandalkan.

Tapi, di samping itu, ada juga sekelompok orang yang kurang respek terhadapnya karena menurutnya Daniel adalah orang yang aneh, tidak sama dengan orang lain pada umumnya. Dia adalah orang yang sangat perasa terhadap keadaan di sekitarnya dan juga sering menyendiri.
Menurutku mereka yang kurang menyukainya karena mereka belum mengenal Daniel sama sekali. Banyak sifatnya yang tidak akan mereka kira di balik sifat penyendirinya itu kalau suatu saat mereka mencoba untuk mengenalnya.

Daniel memang tidak selalu mengajakku ngobrol setiap kali kita bertemu. Ada kalanya dimana dia hanya menyapaku atau hanya tersenyum kepadaku lalu pergi. Atau kadang kadang sewaktu dia sibuk, dia hanya memanggil namaku dan meneruskan kembali pekerjaannya itu.

Tapi ada kalanya pula dia menceritakan banyak perihal mengenai dirinya kepadaku. Dia sangat senang menceritakan pengalaman dan masalah yang ada di dalam kehidupannya kepadaku, karena di situlah hubungan kami semakin terjalin erat dan di sana juga aku dan dia dapat saling lebih mengenal satu sama lain.

Dia menceritakan semua yang dialaminya kepadaku baik itu masalah yang besar seperti masalah keadaan keluarganya yang di mana dia dilahirkan adalah keluarga yang kurang harmonis, kenapa dia menjadi orang yang senang menyendiri, ataupun kepribadian dan sifat sifat positif atau negatif yang ada di dalam dirinya yang secara tidak langsung membuat aku semakin mengenal dirinya dan kepribadiannya.

Tapi yang sangat aku banggakan dan kagumi dari dia adalah kemauannya untuk berkorban dan menolong sahabatnya yang membutuhkannya. Dia sering meluangkan waktunya untuk sharing dengan sahabatnya yang sedang mengalami masalah dan lalu ikut mendoakan mereka, dan dia juga sering memberikan bantuan yang terkadang untuk melakukannya mengharuskan ia mengorbankan banyak uang, waktu, pikiran dan juga tenaganya.

Sewaktu aku bertanya kenapa dia mau berbuat seperti itu, dia hanya menjawab “Rachel, semua itu aku lakukan karena persahabatan yang aku miliki dengan mereka semua termasuk dengan kamu sangat berharga buatku. Sahabatku adalah pemberian terindah dalam hidupku yang Tuhan berikan kepadaku.“

Pada suatu hari Daniel meneleponku dan seperti yang biasa kami lakukan, kami mengobrol di telepon dan kami akan saling menceritakan segala hal yang menarik yang kami alami di hari hari yang sudah kami lewati minggu ini.
Tapi rupa rupanya hari ini pembicaraannya cukup aneh menurutku karena pembicaraannya seakan akan dia sudah dekat dengan kematiannya, padahal yang kutahu selama ini dia tidak menderita penyakit apapun dan tidak ada tanda tanda bahwa dia akan meninggal.

“Rachel, kalau nanti saya meninggal, saya ingin sekali melihat siapa saja di dunia ini yang menangisi kepergian saya.. “ kata Daniel kepadaku di telepon malam itu.
“Untuk apa?“ tanyaku sekenanya karena heran mendengar pernyataannya yang membicarakan tentang kematiannya itu. Kupikir, dia kan masih sangat muda, seumuran denganku, tentu masih banyak yang akan dia lihat dan alami di dunia ini, untuk apa membicarakan kematian? Tetapi jawaban yang diberikannya sangat menyentuh hatiku.

“Kalau kita menangisi kepergian seseorang, berarti orang tersebut sangat berharga buat kita. Saya ingin melihat siapa saja yang menangis buat saya, dan saya akan tahu kalau saya benar-benar berharga di mata mereka semua, terlebih juga di mata Tuhan“ katanya dengan suara yang perlahan tapi sangat terdengar jelas di telingaku walaupun ada hujan yang deras pada malam hari yang sejuk itu.

“Lalu saya ingin meminta kepada Tuhan untuk kembali ke dunia barang 5 sampai 10 menit, untuk memeluk mereka semua dan disana saya akan berkata, Terimakasih sahabatku.. air matamu memiliki makna yang sangat berharga untukku.. aku senang mengetahui kalau hidupku benar benar berharga buat kalian semua..“
“.....“ aku diam, mendengarkan kata katanya itu dan memikirkan maksud dia mengatakan hal itu kepadaku.
“Apa dia akan pergi?“ pikirku dalam hati.

Lalu Daniel melanjutkan ceritanya, “Sebelum aku pergi dari hadapan mereka, aku akan mengatakan hal ini sebagai kata-kata terakhir“
“Sahabatku, saat seseorang yang kamu kasihi meninggal, kamu tidak akan bisa mengatasi kesedihanmu dengan melupakannya, karena dengan melakukan demikian, kamu akan semakin sedih dan semakin sulit untuk mengatasi kesedihanmu, tetapi kamu bisa mengatasi kesedihan yang kamu alami dengan tetap mengingatnya dan menyadari bahwa dia tidak akan benar benar lenyap atau hilang walaupun mereka sudah meninggal kalau mereka sudah pernah hadir di dalam hidup kita, ikut mewarnai kehidupan kita, dan mencintai dan menyayangi kita seperti kita juga sangat menyayangi mereka..

Walaupun aku sekarang pergi meninggalkan kamu semua, aku tetap akan hidup di dalam hatimu selamanya...“
Seminggu setelah kejadian malam itu, Daniel meneleponku lagi. Malam itu aku sangat kecewa dan juga marah kepadanya setelah kudengar bahwa dia ternyata selama setengah tahun terakhir ini ternyata menderita penyakit paru-paru dan umurnya sekarang ini hanya tinggal hitungan hari saja dan akan segera meninggalkanku.

“Daniel, kenapa kamu tidak pernah membicarakan soal penyakitmu ini kepadaku dari dulu? Terus terang, aku sangat menguatirkan dirimu semenjak kamu bercerita padaku minggu lalu, tapi aku selalu berusaha untuk berpikir positif, tetapi ternyata...“ aku bertanya kepadanya setengah berteriak sambil mencoba menahan air mataku yang mulai mengalir membasahi kelopak mataku.

“Rachel, aku hanya ingin semua sahabatku dapat bergaul dan bersahabat denganku tanpa membebani pikiran dan diri mereka sama sekali. Aku bukannya tidak mau menerima bantuan dari mereka selama aku sakit sampai sekarang ini, tapi justru dimana aku dapat bersahabat dan menjalani waktuku bersama mereka tanpa membebani mereka sangat membantu aku untuk dapat bertahan hidup lebih lama..“

“Keceriaan dan tawa yang selama ini kita alami bersama tidak akan pernah ada kan kalau aku memberitahukan keadaanku ini yang sebenarnya? Malah dengan tidak adanya keceriaan yang sekarang ini masih dapat kurasakan, mungkin akan membuatku pergi lebih cepat lagi..“
“Sudah.. cukup !!“ teriakku..
“Daniel, kamu hanya akan membuatku semakin sedih dengan terus berbicara soal kepergianmu yang sebentar lagi ini...“

“Tapi, aku tidak mengerti sikapmu! Kenapa aku juga tidak kamu beritahu? Bukankah selama ini tidak pernah ada rahasia yang kita simpan satu sama lain?“
“Rachel, tadi sudah kujelaskan, aku tidak ingin melihat semua sahabatku berbeda di saat saat terakhirku , aku ingin hidup normal di depan mereka semua“
“Jadi, termasuk aku juga?“ tanyaku sambil menangis.
“Justru terutama karena kamu! Aku masih ingin melihat senyum yang terlukis di bibirmu yang lembut, masih ingin melihat tawamu yang membuat kamu semakin cantik, dan apa adanya dirimu, sama seperti yang sudah kukenal dengan baik bertahun tahun ini. Aku masih ingin melihat kamu yang seperti itu sebelum aku meninggalkan kamu semua“

“Kalau kamu pergi, mungkin tidak akan ada lagi sahabat di dunia ini yang dapat menguatkan aku lagi dengan perkataan yang biasa kamu lakukan di waktu aku punya masalah, tidak akan ada lagi orang yang mau berkorban menghabiskan waktu, uang, pikiran, dan tenaganya untukku sama seperti yang kamu lakukan untukku“ lalu mulai kudengar Daniel juga mulai menangis, tapi sepertinya dia mencoba untuk menahan tangisannya itu..
Hening sejenak, lalu Daniel mulai mencoba untuk berbicara lagi.

“Tuhan pasti memberimu seorang sahabat yang terbaik kepadamu.“
“Tapi, siapapun dia tidak akan mungkin dapat menggantikan apa yang sudah kita jalani selama ini kan?“
“Rachel, Setiap orang berharga di mata Tuhan dan tidak ada yang dapat menggantikan posisinya di hatiNya, termasuk kamu. Kalau kamu tidak bisa menemukan orang lain untuk menjadi penggantiku di dalam hatimu, begitu juga dengan kamu di dalam hatiku.

Kamu sangat berharga di hatiku dan tidak akan ada orang yang dapat menggantikanmu, begitu juga dengan sahabatku yang lain, mereka semua mempunyai tempat yang khusus karena mereka semua sangat berharga.“

“Rachel, kamu tahu kan kalau kita adalah gambaran dari Tuhan sendiri, Dia ingin kita sama seperti Dia, menghargai setiap orang dan menganggapnya spesial dan berharga di mata kita karena semua orang diciptakanNya sempurna“
Pembicaraanku dengan Daniel terus berlanjut sampai tengah malam, sampai akhirnya aku benar benar lelah karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

Selama lima hari lamanya aku banyak menghabiskan waktu bersama dengan dia. Dia sama sekali tidak merasa takut dalam menghadapi kematiannya karena dia sudah tau kemana dia akan pergi kalau meninggal nanti.
Selama lima hari itu, aku justru merasa semakin dekat dengan dia dan aku menjadi semakin sedih, mengapa justru hubungan aku dengan dia yang paling dekat terjalin di saat aku akan berpisah dengan dia.

Kami banyak melakukan hal-hal yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya dan banyak perasaan yang diungkapkan lewat kata kata kami yang tidak pernah kami ungkapkan sebelumnya.

Semua seakan akan berlalu sangat cepat, sakitnya kulihat semakin parah, nafasnya sudah tidak menentu, dan kurasa dia sangat menderita, tetapi di wajahnya selalu terpancar kebahagiaan di balik air matanya yang membasahi tanganku.

Banyak sahabat-sahabatnya yang datang menjumpai dia untuk pertemuan terakhir dengannya. Daniel mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mengunjunginya untuk semua yang sudah dialaminya bersama sama dengan mereka di masa hidupnya.

Di hari yang ketiga, aku mengambil fotoku yang terakhir bersama dengan dia, dan aku juga menerima barang terakhir darinya. Dia berpesan kepadaku untuk membukanya kalau dia sudah pergi meninggalkanku.
Malam hari menjelang dia meninggal, aku memandang wajahnya, kulihat dia memang tidak lama lagi akan meninggalkanku.

Aku semakin sedih saat mengingat orang yang paling kusayangi di dalam hidupku ini akan pergi meninggalkanku tidak lama lagi. Aku memeluknya sambil terus menangis, dia juga memelukku sambil membelai dan mengusap kepalaku, menyentuh rambutku dengan jarinya yang sudah lemah, tetapi kasih sayangnya yang besar tetap dapat kurasa, perlindungan dan perhatian yang diberikannya kepadaku dulu masih tetap dapat kurasakan meskipun sekarang keadaan tubuhnya sekarang sangat lemah Aku menemaninya sampai dia benar benar pergi meninggalkanku.

Aku membelai kepalanya dan berkata, “Selamat jalan, sahabatku... Kau akan selalu kukenang di dalam hatiku. Nasihat dan kata katamu yang menguatkanku akan selalu hidup di dalam hidupku dan akan selalu mewarnai langkah hidupku menjalani dunia ini.“

Akhirnya Daniel pergi dengan damai, meninggalkan sanak keluarganya, meninggalkan harta bendanya, dan juga meninggalkan sahabat-sahabatnya yang sangat dia sayangi. Tetapi aku bahagia karena dia pergi tanpa kehilangan imannya kepada Tuhan Yesus, yang merupakan hartanya yang abadi di dalam hidupnya.

Lalu aku teringat kembali akan kata-katanya di telepon pada waktu itu mengenai kematiannya. Di depan peti di mana dia dibaringkan, aku terus menangis, membiarkan air mataku terus jatuh, membasahi bunga bunga melati yang tersebar di sana. Aku sesekali memandang wajahnya yang memancarkan kebahagiaan.

Malamnya aku pulang ke rumah, dan kulihat hadiah terakhir dari Daniel yang masih terbungkus rapi yang belum kusentuh sama sekali. Aku mulai membukanya, kulihat sebuah album foto, dan kulihat disana ada berbagai macam kenangan diriku dengan dia yang masih dia simpan.

Aku buka buka lagi kartu natal dan ulang tahun yang pernah kuberikan kepadanya, foto-fotoku semenjak aku kecil sampai sekarang, dan bahkan hal-hal kecil seperti pesan pesanku yang sering kutulis di bukunya, potongan tiket bioskop saat kita pertama kali nonton bersama, atau kartu undangan ulang tahunku setiap tahun, masih tersimpan di sana.

Kubuka halaman belakangnya, disana tertulis pesan dan ada kertas kecil yang terbungkus dan tertempel disana.
Kubaca pesannya tertulis demikian, “Rachel, tolong bawa semua ini saat aku dikuburkan, dan biarlah semua barang yang paling berharga bagiku ini terkubur bersama denganku, dan di dalam kertas itu ada hadiah terakhir yang kuberikan khusus untukmu“

Kubuka kertasnya, dan aku melihat ada kalung salib dari emas putih dan ada cincin berlian di tengahnya. Di salib itu terukir inisial namaku dan di cincinnya itu terukir tulisan “our friendship will always remain“
Setelah aku saat teduh pada malam harinya, aku pun tertidur lelap karena hari itu aku sangat lelah sekali, di samping aku juga masih sangat sedih atas kejadian yang baru kualami hari ini.

Saat aku tidur, aku bermimpi... Di mimpiku, aku melihat Daniel menggunakan baju putih bersih dengan wajah yang bersinar datang menghampiriku, lalu memelukku sambil berkata, “Aku akan tetap hidup di dalam hatimu selamanya.. kita akan segera bertemu dan bersama-sama lagi“ lalu dia pergi meninggalkanku. Sampai ketemu lagi di surga, Daniel... kita pasti akan dapat bersama sama lagi...


當 我 老 了
dāng wŏ lăo le
disaat Daku Tua
When I’m old

當 我 老 了,不 再 是 原 來 的 我。
dāng wŏ lăo le, bù zài shì yuán lái de wŏ
Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu.
When I’m old, I’m not what I was

請 理 解 我,對 我 有 一 點 耐 心。
Qĭng lĭ jiĕ wŏ, duì wŏ yŏu yī diăn nài xīn
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Please understand me, be patient facing me


當 我 把 菜 湯 灑 到 自 己 的 衣 物 上 時,
dāng wŏ bă cài tāng să dào zì jĭ de yī wù shàng shí
Disaat daku menumpahkan kuah sayuran dibajuku,
When I dropped the soup on my cloth

當 我 忘 記 怎 樣 繫 鞋 帶 時,
dāng wŏ wàng jì zĕn yang xì xié dài shí
Disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu.
When I could not remember how to tie up shoe’s string.

請 想 一 想, 當 初 我 是 如 何 手 把 手 地 教 你。
Qĭng xiăng yī xiăng, dāng chū wŏ shì rú hé shŏu bă shŏu de jiào nĭ
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbimgmu untuk melakukannya.
Please remember the time when I taught you, I trained you how to do

當 我 一 遍 又 一 遍 地 重 複 你 早 已 聽 膩 的 話 語,
dāng wŏ yī biàn yòu yī biàn de chóng fù nĭ zăo yĭ tīng nì de huà yŭ
Disaat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu.
I with my senility keep telling you continually the sentence that made you bored.

請 耐 心 地 聽 我 說,不 要 打 斷 我。
qĭng nài xīn de tīng wŏ shuŏ, bù yào dă duàn wŏ
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku,
Please be patient to listen to me,

你 小 的 時 候,我 不 得 不 重 複 那 個 講 過 千百 遍 的 故 事,直 到 你 進入 夢 鄉。
nĭ xiăo de shí hou, wŏ bù dé bù chóng fù nà ge jiăng guò qiān băi biàn de gù shì, zhí dào nĭ jìn rù mèng xiāng
Dimasa kecilmu, Daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.
When you were child, I need to repeat again and again the story that I have told you thousand times until you slept.


當 我 需 要 你 幫 我 洗 澡 時,
dāng wŏ xū yào nĭ bāng wŏ xĭ zăo shí
Disaat saya membutuhkanmu untuk memandikanku.
When I need you to shower me.

請 不 要 責 備 我。
qĭng bù yào zé bèi wŏ
Janganlah menyalahkanku.
Please do not blame me

還 記 得 小 時 候 我 千 方 百 計 哄 你 洗 澡 的 情 況 嗎?
hái jì de xiăo shí hou wŏ qiān fāng băi jì hōng nĭ xĭ zăo de qíng kuàng mă?
Ingatlah dimasa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?.
Do you still remember when you were child, how with my many different ways to persuade to take a shower?

當 我 對 新 科 技 和 新 事 物 不 知 所 措 時,
dāng wŏ duì xīn kū, jì hé xīn shì wù bù zhī suŏ cuò shí,
Disaat saya kebinggungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern.[b]
When I confused facing the new things and modern technology

請 不 要 嘲 笑 我。
qĭng bù yào cháo xiào wŏ
[b]Janganlah menertawaiku.
Do not laugh at me

想 一 想 當 初 我 怎 樣 耐 心 的 回 答 你 的 每 一 個 「為 什 麼」。
Xiăng yī xiăng dāng chū wŏ zĕn yàng nài xīn de huí dá nĭ de mĕi yī gè “wéi shén me”
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan saat itu.
Please muse how with my patient I answered your every “Why” questions?


當 我 由 於 雙 腿 疲 勞 而 沒 法 行 走 時,
dāng wŏ yóu yú shuāng tuĭ pí láo ér méi fă xíng zŏu shí
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan.
When my both leg too weak for walking

請 伸 出 你 年 輕 有 力 的 手 去 攙 扶 我。
qĭng shēn chū nĭ nián qīng yŏu lì de shŏu qù chān fú wŏ
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku.
Plase give me your strong hand to support me.

就 像 你 小 時 候 學 習 走 路 時 , 我 扶 你 那 樣 。
Jiù xiàng nĭ xiăo shí hou xué xí zŏu lù shí, wŏ fú nĭ nà yang
Bagaikan dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.
as if your child time, I guide you how to step your leg to start walking.


當 我 忽 然 忘 記 我 們 談 話 的 主 題,
dāng wŏ hū rán wàng jì wŏ men tán huà de zhŭ tí
Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita.
When I forget our topic conversation

請 給 我 一 些 時 間 讓 我 回 想。
qĭng gĕi wŏ yī xiē shí jiēn rang wŏ huí xiăng
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.
Please give me sometime to try to remember

其 實 對 我 來 說 , 談 論 什 麼 並 不 重 要,
qí shí duì wŏ lái shuō, tán lùn shén me bìng bù zhòng yào
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku,
Actually, the topic conversation is not important things for me

只 要 你 能 在 一 旁 聽 我 說,我 就 很 滿 足
zhĭ yào nĭ néng zài yī pang tīng wŏ shuō, wŏ jiù hĕn măn zú。
asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.
If you stand by me to listen to me, I have been happy.

當 你 看 著 老 去 的 我,請 不 要 悲 傷。
dāng nĭ kàn zhù lăo qù de wŏ, qĭng bù yào bēi shāng
Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih.
When you see me getting old, don’t be sad

理 解 我,支 持 我,
lĭ jiĕ wŏ, zhī chí wŏ
Maklumilah diriku, dukunglah daku,
Please understand me, please support me.

就 像 你 剛 開 始 學 習 如 何 生 活 時 我 對 你 那 樣 。
Jiù xiàng nĭ gāng kāi shĭ xué xí rú hé shēng huó shí wŏ duì nĭ nà yàng
bagaikan daku terhadapmu disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Like how I guide you when you started learning about life.

當 初 我 引 導 你 走 上 人 生 路,
dāng chū wŏ yĭn dăo nĭ zŏu shàng rén shēng lù
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini,
In the past, I guided you passing through this life’s way.

如 今 請 陪 伴 我 走 完 最 後 的 路。
rú jīn qĭng péi bàn wŏ zŏu wán zuì hòu de lù
kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupkku.
Now, please accompany me until the end of my life’s way

給 我 你 的 愛 心,我 會 報 以 感 激 的 微 笑,
gĕi wŏ nĭ de ài xīn, wŏ huì bào yĭ găn jī de wēi xiào
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu, Daku akan menerimanya dengan senyum penuh syukur,
Please give you love and patient. I will receive it with my smile and my gratitude to God

這 微 笑 中 凝 結 著 我 對 你 無 限 的 愛。
Zhè wēi xiào zhōng níng jié zhù wŏ duì nĭ wú xiàn de ài
didalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.
In my smile, there is unlimited love for you.

Mantra of Arya Avalokiteshvara namo ratnatryaye namah aryajnana sagar vairocana vyuharajaya tathagatayah arhate samyaksambuddhayah; namah sarva tathagatebhyah arhatebhyah samyaksambuddhebhyah; nama...







Download MP3
Download MP3


ku Mau Mama Kembali - Sebuah kisah teladan dari negeri China

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da.
Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa.
Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China .
Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik di antara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da dan apa yang dilakukannya, maka saya mau katakan bahwa ia luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.

Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.

Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah.
Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil.
Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.

ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.

Aku Mau Mama Kembali

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja.
Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu"

Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, "Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!"
demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya.
Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
........... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya... ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.
Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan... .bangkitlah!
karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.



* Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.

* Hidup adalah keindahan, kagumi itu.

* Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.

* Hidup adalah tantangan, hadapi itu.

* Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.

* Hidup adalah pertandingan, jalani itu.

* Hidup adalah mahal, jaga itu.

* Hidup adalah kekayaan, simpan itu.

* Hidup adalah kasih, nikmati itu.

* Hidup adalah janji, genapi itu.

* Hidup adalah kesusahan, atasi itu.

* Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.

* Hidup adalah perjuangan, terima itu.

* Hidup adalah tragedi, hadapi itu.

* Hidup adalah petualangan, lewati itu.

* Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.

* Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.



Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu


Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan. Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya.Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan
detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya dirumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.
Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela
menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar. Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. "Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

Teman, saya percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata, adalah layaknya pemicu, yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia, dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata, akan selalu memacu dan memicu kita untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita, dalam berpikir, dan bertindak. Saya juga percaya, dalam kata-kata, tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Dan kita telah sama-sama melihatnya dalam cerita tadi. Kekuatan kata-kata, akan selalu hadir pada kita yang percaya.Saya percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita.

Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri. Dan akhirnya saya percaya, kita semua, saya mampu untuk melakukan itu semua. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, dengan sopan, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal. Sampaikanlah semua itu dengan bijak, dengan santun. Saya percaya kita bisa.Terima kasih telah membaca.